Eksistensi Banten
sebenarnya telah dikenal banyak kalangan sejak dahulu. Bahkan João de Barros,
seorang penulis kronik terkenal asal Portugis pada sekitar abad 16, pernah
menjelaskan bahwa Bintam (Banten)
merupakan salah satu tempat yang cukup dikenal di masa lalu seperti yang
dijelaskan juga oleh Guillot (2008:44) dimana Barros dalam bukunya menyebutkan
urutan nama-nama tempat yang dikenalnya dari timur ke barat sebagai berikut:
Xacatra por outre nome Caravam
(Jakarta yang juga bernama Krawang), Tamgaram (Tangerang), Cheguide, Pondang
(Pontang) dan Bintam (Banten).
Kini,
berabad-abad setelah Joao de Barros menulis catatan terkait kepopuleran Banten
di masa silam, Banten telah tumbuh menjadi daerah yang sarat akan laju
pembangunan serta modernisasi. Wacana terkait pembangunan Banten menuju wilayah
yang mendunia pun kini mulai kembali dibicarakan di kalangan para elite
pemerintahan hingga masyarakat umum. Beberapa rencana besar tak ketinggalan
mulai disusun, harapannya tidak lain untuk bisa membangun masa depan Banten yang lebih baik lagi.
MASJID AGUNG DAN KAWASAN BANTEN LAMA SEBAGAI POTRET PEMBANGUNAN BANTEN
Berbicara seputar masa depan Banten sejujurnya sama
dengan mengupas kembali gagasan kita hari ini mengenai pembangunan Banten ke
depan. Dan untuk menelisik rancangan gagasan pembangunan itu, mungkin saja kita
perlu meminjam kutipan Soekarno “Bangsa
ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter” boleh jadi
dengan begitu Banten akan tumbuh menjadi provinsi yang besar, maju, jaya serta
bermartabat di masa depan.
Geliat pembangunan Banten hari ini jelas terlihat dalam
beragam dimensi seperti: infrastruktur, pendidikan, sosial budaya, sistem
pelayanan masyarakat dan lainnya. Namun yang paling mendapat apresiasi baik
serta menjadi cukup viral di tengah masyarakat
kita sekarang ialah penataan kawasan sekitar Masjid Agung Banten (Kawasan
Banten Lama). Tidak bisa dimungkiri jika wajah baru Masjid Agung Banten hari
ini telah menjadi topik populer yang sering berseliweran di berbagai sosial
media seperti facebook atau pun instagram.
Penataan kawasan Masjid Agung Banten dan kawasan Banten
Lama hari ini seolah menjadi suatu simbol pembangunan yang tidak hanya
monumental, namun juga memiliki nilai historis serta pesan yang mendalam. Selain
sebagai simbol dari pusat Kerajaan Islam terbesar di Nusantara pada abad 16 (Dokumentasi
Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten edisi revisi kedua, 2008:88), penataan kembali Masjid
Agung Banten dan kawasan Banten Lama juga menyiratkan pesan mendalam bahwa
Banten ialah daerah yang religius serta dikenal telah melahirkan banyak ulama
dan kalangan intelektual yang dihormati. Hal ini seperti yang dituliskan Snouck
Hurgronje, “The most highly esteemed
leaders of the intellectual movement originate in most cases from Banten” yang
kurang lebih artinya adalah sebagian besar asal para ulama paling dihormati,
penggagas gerakan intelektual berasal dari Banten (Ali dan Tihami, 2014:1).
Pembangunan dan penataan kembali kawasan Masjid Agung
Banten dan kawasan Banten Lama sejatinya tidak hanya menyentuh aspek
pembangunan spasial (berkenaan dengan ruang atau tempat) semata, tetapi juga
telah menyentuh aspek dari spirit pembangunan Banten itu sendiri ke arah pembangunan
karakter yang religius serta berbudi pekerti luhur. Hal ini jelas menjadi
sebuah pijakan yang baik lagi penting dalam proses pembangunan Banten ke depan.
KUNCI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANTEN
Dalam proses pembangunan,
sinergisitas menjadi kata kunci untuk mencapai sebuah keberhasilan. Apa pun
jenis pembangunan itu, sinergisitas mutlak diperlukan di dalamnya. Tanpa
sinergisitas, suatu pembangunan akan dibenturkan pada persoalan-persoalan lain hingga
tidak jarang berujung pada kegagalan dan kesia-siaan di kemudian hari. Sinergisitas
antar steakholder ini tentu perlu
dibangun dan dipupuk sedari tahap awal pembangunan agar nantinya terbangun suatu
sinergisitas menyeluruh.
Sinergisitas antara Pemprov dengan Balai Pelestarian
Cagar Budaya Banten misalnya, dalam melakukan penataan Banten Lama kedua belah
pihak ini telah bersepakat untuk tidak mengubah nilai-nilai budaya maupun
identitas ikon Provinsi Banten. Ini merupakan contoh sinergisitas baik yang
layak untuk kita apresiasi. Selain itu, rencana sinergisitas lanjutan antara
Pemprov dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dalam langkah
normalisasi kanal di kawasan Banten Lama juga merupakan langkah konkret lain yang
perlu kita apresiasi dalam proses merevitalisasi kawasan ini.
Normalisasi kanal guna mengaliri air laut ke dalam kanal
dan kembali dialiri ke laut akan membuat kanal dapat dilalui perahu. Boleh jadi
nantinya hal ini akan kembali mengingatkan kita semua sebagaimana yang pernah
dicatat oleh Tom Pires (Juliadi dan Wachyudin, 2014:38) bahwa Banten pernah menjadi kawasan pelabuhan ternama.
Di tahun 1522 Tom Pires bahkan menuliskan bahwa Banten merupakan pelabuhan
pengekspor beras dan lada yang cukup berarti, dimana Kerajaan Sunda melalui
pelabuhan ini sudah mengekspor 1000 bahar lada per tahun. Secara garis besar
agaknya kita bisa sama memahami bahwa sinergisitas dapat digambarkan sebagai
sebuah perekat yang terbilang urgen dalam rangka mengaitkan potongan puzzle
rencana pembangunan untuk dibingkai dalam sebuah kesatuan utuh.
Terlepas dari pentingnya suatu sinergisitas,
keberhasilan revitalisasi kawasan Banten Lama sebenarnya juga sangat
dipengaruhi oleh seberapa jeli pemerintah dalam melihat aspek-aspek yang dirasa
penting mendapat sentuhan pembangunan. Oleh karenanya menjadi hal yang penting
bagi pemerintah dalam menyusun peta pembangunan yang menyeluruh dan
berkesinambungan. Sayangnya, yang biasa terjadi adalah pembangunan hanya
disandarkan pada aspek spasial atau infrastruktur semata sehingga aspek penting
lainnya seperti aspek ekonomi dan sosial budaya menjadi terabaikan. Hal ini
jelas berakibat kontraproduktif bagi tujuan awal pembangunan itu sendiri.
Pada akhirnya dibutuhkan kehadiran dan peran serta
segenap pihak mulai dari steakholder
hingga masyarakat dalam mengawasi berjalannya suatu proses pembangunan. Dengan kebersamaan
inilah kita akan mendapatkan prospek pembangunan Banten yang lebih cerah di
masa depan. Penataan Masjid Agung Banten dan kawasan Banten Lama hari ini tentu
diharapkan akan mampu membawa kawasan Banten Lama sebagai pusat kawasan bersejarah
yang tidak hanya dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat Banten, tetapi lebih
dari itu juga dapat memberikan kontribusi berupa khazanah pembelajaran dan
kearifan mengenai sejarah, nilai-nilai keislaman, sosial budaya, sistem
pemerintahan hingga perekonomian dalam rangka mewujudkan peradaban Banten yang
lebih baik di masa depan.